Minggu, 27 Desember 2015

JAJANAN PINGGIR JALAN NAIK KELAS #1

Siapa sih yang gatau makanan yang lagi naik daun banget sekarang – sekarang ini yaitu SEBLAK. Ya udah banyak banget sekarang orang – orang yang secara dadakan jadi jualan SEBLAK di pinggir – pinggir jalan dengan harga yang bervariasi dari ada yang harganya Cuma Rp.5.000 sampai ada yang bisa jual dengan harga Rp.15.000/porsinya.

Gambar terkait


Dengan bermacam – macam rasa dan model SEBLAK yang dijual, Peminatnya pun sekarang – sekarang ini makin banyak dan belum berkurang juga yang ingin membelinya, yang sering banyak di jumpai dan dijual di pinggir – pinggir jalan yaitu SEBLAK basah atau SEBLAK rebus, biasanya seblak ini di variasikan dengan ditambahkan sosis, bakso, ceker, dan sayuran. Di Kota aslinya yaitu di Kota Bandung SEBLAK sudah banyak sekali variasinya, penjual melakukan itu agar para pembeli 
tidak merasa bosan dengan rasa SEBLAK yang itu – itu saja.



Karna saya itu pencita rasa pedas jadi terkadang kalau saya mau makan pedas ya salah satunya tinggal beli aja SEBLAK karna sekarang udah banyak banget yang cari haji mumpung makanya banyak yang jualan SEBLAK sekarang, namanya juga orang INDONESIA ada peluang yang kira – kira bisa menghasilkan pundi – pundi rupiah aja langsung cepet haha harus bangga tuh jadi orang INDONESIA!!!



Bikin SEBLAK itu gampang kok,bahan – bahannya pun mudah buat dicari gak susah kok contoh kayak krupuk bahan utama SEBLAK, bawang putih untuk menghasilkan wangi yang enak, kencur mengantisipasi rasa mules saat makan cabai yang pedas, cabai untuk menghasilkan cita rasa pedas, sawi-wortel sebagai sayurannya, dan sebagai pelengkap SEBLAK yaitu seperti sosis, bakso dan ceker. Semua bahan – bahan itu bisa kita temui di warung – warung sayur biasa kok jadi kalua mau bikin SEBLAK cukup ke satu tempat aja biar sekalian gaharus ribet – ribet.

Resep Seblak Basah Khas Bandung

Bahan-bahan yang di siapkan :
  • 5 gr Kerupuk merah yang mentah, direndam didalam air mendidih
  • 3 Buah Bakso Sapi di potong-potong sesuai selera
  • 2 Buah Sosis Ayam di potong-potong sesuai selera
  • 1 Butir telur
  • Sawi Putih di potong-potong
  • Kecap Manis Pedas Gurih
  • Air secukupnya Minyak secukupnya untuk menumis
  • Garam dan Gula secukupnya
  • Penyedap Rasa Secukupnya
Bumbu yang dihaluskan :
  • 8 buah cabai rawit merah (kalo gak suka pedes bisa di kurangi)
  • 5 siung bawang merah
  • 1 siung bawang putih
  • 2cm kunyit
  • 2 cm kencur
Pelengkap :
  • irisan daun bawang dan bawang goreng

Cara Membuat seblak basah

  1. Cuci terlebih dahulu kerupuk merah kemudian rendam kerupuk didalam air mendidih diamkan sampai kerupuk benar-benar empuk tiriskan
  2. Panaskan minyak, kemudian masukan telur dan bumbu yang sudah dihaluskan tumis hingga harum.
  3. Setelah bumbu harum masukan Bakso, Sosis, dan sawi Putih masak hingga sayuran sedkit layu kemudian masukan kerupuk yang sudah di rendam dengan air panas tambahkan air sedikit agar tidak lengket
  4. Tambahkan Garam, Gula dan penyedap Rasa secukupnya
  5. Kemudian tuangkan kecap Manis Pedas Gurih secukupnya, masak hingga air sedikit mengental
  6. Setelah matang sajikan dan beri pelengkap irisan daun bawang dan bawang goreng
Sekarang anda tidak perlu bersusah payah mengunjungi Kota Bandung untuk sekedar menikmati Jajanan baru Seblak basah ini, kini anda bisa membuat sendiri di rumah. Bumbu dan bahan nya mudah untuk di dapatkan. Jadilah Resep Seblak Basah Khas Bandung ini menjadi menu pilihan baru untuk anda dan keluarga.
Sumber Foto : https://www.google.com  

Rabu, 23 Desember 2015

ISENG - ISENG ASIK #1

CUBEECRAFT...Seni, Kreatifitas, & Hiburan 

 

Bagi teman-teman yang memiliki waktu kosong cukup banyak dan gak tau mau ngapain, saya mempunyai sedikit solusi yang cukup menyenangkan tanpa harus menguras kocek dalam2. CUBEECRAFT adalah solusinya, apa sih CUBEECRAFT? dari segi bahasa cube artinya kubus dan craft artinya kerajinan jadi cubeecraft ini adalah sebuah kerajinan tangan membuat boneka kertas yang berbentuk kubus. cubeecraft ini fungsi utamanya buat jadi pajangan tapi kalau buat di mainin juga bisa sih. Cubeecraft, mirip seperti papercraft, hanya saja ini lebih sederhana, penggabungan antar bagiannya tanpa menggunakan lem. Cubeecraft juga bisa dibilang pengembangan dari origami, origami yang kebanyakan hanya melipat menggunakan 1 kertas, sedangkan cubeecraft memerlukan lebih dari 1 kertas tergantung dari objek yang akan dibangun, dan proses pembangunannya cukup memerlukan kesabaran dengan memotng kertas, menempel antar komponen satu dengan komponen yang lainnya.

 

 


Saya mulai mengenal cubeecraft sudah lama sejak 2011 Juni saat dikasih tau temen. Trus saya ditunjukin sama Danu dan Cahyo temen saya. Dari situ saya pikir-pikir menarik juga kalau buat iseng2. Setelah selidik punya selidik akhirnya saya di kasih tau apa yg dia buat dan ngasih saya link ke http://cubeecraft.com/. Nah, dari situ saya mulai deh tuh buat cubeecraft, sampai - sampai saya jadi ketagihan buat model cubeecraft. Sampai sekarang saya dah bikin hampir 25 buah model cubeecraft. Sebagian besar saya pajang, tapi ada juga sebagian yg ancur, hehehehe...

 

 

Nah sekarang saya mau ngasih tau langkah-langkah membuat cubeecraft:

1. Tentukan pilihn karakter yg akan anda buat cubeecraft check aja di            http://cubeecraft.com/

2. Lalu print pilihan gambar yang kita ingin kan, disarankan memakai kertas bufalo atau pun bila ingin kualitasnya yang bagus bisa pakai kertas foto.

 

3. Siapkan peralatan yaitu gunting, kater, dan solatip (bila perlu). gunting dan kater untuk memotong tiap bagiannya.


4. Mulailah menggunting bagiannya, melipat, dan rakit menjadi satu semuanya.

5. Jadi deh, dan ini beberapa contoh yang sudah jadi:




Contoh video nya Cekidot








MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR 3

DISKRIMINASI TERHADAP PENDERITA
HIV AIDS DI INDONESIA
  

                       
MAKALAH INI DIAJUKAN UNTUK TUGAS ILMU SOSIAL DASAR

Disusun Oleh :
BERKAH PUTRA PRASETIA
11315338
1TA03

PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR

Dosen :
EMILIANSHAH BANOWO, S.SOS.,MM 

Kampus D di Jl. Margonda Raya 100 - Depok








KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT  yang  Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Penulis panjatkan  puja dan  puji syukur atas kehadirat-Nya,  yang  telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan  inayah-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah tentang   DISKRIMINASI TERHADAP PENDERITA HIV AIDS DI INDONESIA”.

 Makalah  ini telah Penulis  susun dengan maksimal dan  mendapatkan  bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan  makalah  ini. Untuk  itu Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun  tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan  terbuka Penulis menerima segala saran dan  kritik dari pembaca agar Penulis dapat memperbaiki makalah ini.
    
Akhir kata Penulis berharap semoga makalah  tentang DISKRIMINASI TERHADAP PENDERITA HIV AIDS DI INDONESIAini dapat memberikan  manfaat maupun  inpirasi terhadap pembaca.
    





Depok, 19 Desember 2015
    

                                                                                         


Penyusun






DAFTAR ISI


·                               KATA PENGANTAR ..............................................................................................  i
·                               DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

·                                BAB I PENDAHULUAN
            1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………………..........  1
1.2 RUMUSAN MASALAH …………………………………………………….  2
1.3 TUJUAN PENULISAN ……………………………………………………...  2

·                                BAB II PEMBAHASAN
            2.1 PENGERTIAN DISKRIMINASI .………………………………………….. .    3
            2.2 MACAM – MACAM DISKRIMINASI ………………………..…………...      4
2.3 SEJARAH HIV & AIDS ………………………………………….………….     5
            2.4 TIGA DEKADE HIV/AIDS DI INDONESIA …...…………………………..   6
            2.5 CARA PENULARAN HIV & AIDS …………………………………………   9
            2.6 PENCEGAHAN HIV & AIDS ………………………………………………. 11
            2.7 DISKRIMINASI KAUM HIV & AIDS DI INDONESIA …………………… 13

·                                 BAB III PENUTUP
            3.1 KESIMPULAN ……………………………………………………………… 16
            3.2 SARAN …………………………………………………………………….. .. 16

·                               DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 17












BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
AIDS di Indonesia ditangani oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan memiliki Strategi Penanggulangan AIDS Nasional untuk wilayah Indonesia. Ada 79 daerah prioritas di mana epidemi AIDS sedang meluas. Daerah tersebut menjangkau delapan provinsi: Papua,Papua Barat, Sumatera Utara, Jawa Timur, Jakarta, Kepulauan Riau, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Program-program penanggulangan AIDS menekankan pada pencegahan melalui perubahan perilaku dan melengkapi upaya pencegahan tersebut dengan layanan pengobatan dan perawatan. Program PEPFAR di Indonesia bekerja sama secara erat dengan saat ini.
Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.
Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai 5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42% dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual dan 53% melalui penggunaan obat terlarang.




1.2 Rumusan Masalah
          Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah yaitu :
1.      Bagaimana cara mencegah penyebaran penyakit HIV AIDS di Indonesia?
2.      Bagaimana Sejarah HIV & AIDS yang ada di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan
          Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1.      Melengkapi tugas mata kuliah  ilmu sosial dasar..
2.      Memberikan Informasi tentang pencegahan penyakit HIV AIDS dan sikap kita terhadap orang yang mengidap penyakit HIV AIDS.





 BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Diskriminasi
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi
1.      Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.
2.      Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan


2.2  Macam – Macam Diskriminasi
Dalam diskriminasi ada Macam-macam bentuk Diskriminasi yang terjadi dalam kehidupan di antaranya :
1. Diskriminasi Umur
Individu di beri layanan yang tidak adil karena beliau tergolong dalam lingkungan umur tertentu. Contohnya di negara malaysia remaja senantiasa dianggap orang yang menimbulkan masalah sehingga timbul istilah "Masalah Remaja"
2. Diskriminasi Gender
Individu di beri layanan yang tidak adil karena gender mereka. Contoh seorang wanita menerima gaji yang lebih rendah dengan lelaki sejawatnya walaupun sumbangan mereka adalah sama.
3. Diskriminasi Kesehatan
Individu diberi layanan yang tidak adil karena mereka menderita penyakit atau kecacatan tertentu Contohnya seorang yang pernah menderita sakit jiwa telah di tolak untuk mengisi jawatan tertentu, walaupun ia telah sembuh dan mempunyai keupayaan yang di perlukan.
4. Diskriminasi Ras
Individu tidak di berikan layanan kesehatan karena Ras
5. Diskriminasi agama
Individu di beri layanan yang tidak adil berdasarkan agama yang dianutnya
6. Diskriminasi kaum
Tidak mendapatkan layanan yang sama rata dengan kaum lain

2.3 Sejarah HIV & AIDS
Virus HIV dikenal secara terpisah oleh para peneliti di Institut Pasteur Perancis pada tahun 1983 dan NIH yaitu sebuah institut kesehatan nasional di Amerika Serikat pada tahun 1984. Meskipun tim dari Institute Pasteur Perancis yang dipimpin oleh Dr. Luc Montagnie, yang pertama kali mengumumkan penemuan ini di awal tahun 1983 namun penghargaan untuk penemuan virus ini tetap diberikan kepada para peneliti baik yang berasal dari Perancis maupun Amerika.
Peneliti Perancis memberi nama virus ini LAV atau lymphadenopathy associated virus. Tim dari Amerika yang dipimpin Dr. Robert Gallo menyebut virus ini HTLV-3 atau human T-cell lymphotropic virus type-3. Kemudian Komite Internasional untuk Taksonomi Virus memutuskan untuk menetapkan nama human immunodeficiency virus (HIV) sebagai nama yang dikenal sampai sekarang makapara peneliti tersebut juga sepakat untuk menggunakan istilah HIV. Sesuai dengan namanya, virus ini “memakan” imunitas tubuh.

Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu singkat terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara. Dikatakan pula bahwa epidemic yang terjadi tidak saja mengenal penyakit (AIDS), virus (HIV) tetapi juga reaksi/dampak negative berbagai bidang seperti kesehatan, social, ekonomi, politik, kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan tantangan yang harus diharapi baik oleh negara maju maupun negara berkembang.
  
2.4 Tiga Dekade HIV/AIDS di Indonesia

Menyongsong tiga dekade ditemukannya virus HIV/AIDS di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan kabar baik dari data yang diperoleh sepanjang 2015. Kabar baik ini tidak lepas dari program pencegahan dan pengobatan yang terus berlangsung hingga kini.

Namun, masih perlu banyak usaha dari semua kalangan untuk terus menggaungkan kampanye anti-HIV/AIDS ini. Sebab, selain angka penderita yang harus terus ditekan dan angka kematian yang juga harus ditekan, perhatian masyarakat menjadi kunci untuk bisa menjadikan Indonesia bebas dari HIV/AIDS.

Data Kemenkes pada triwulan pertama menunjukkan adanya kenaikan angka penderita HIV. Jika semula pada 2014 penderita HIV mencapai 32.711 jiwa, saat ini Kemenkes mencatat hingga Juni 2015 penderita HIV berjumlah 17.325 jiwa. Angka ini dimungkinkan masih meningkat hingga akhir tahun.
 
Direktur Pencegahan Penyakit Menular dr Sigit mengatakan, kenaikan angka penderita tidak perlu diartikan secara tegang. Sebab, semakin tingginya angka penderita berarti mengindikasikan adanya deteksi dini. Orang dengan positif HIV kini tak perlu lagi merasa takut ataupun sungkan mengakui dirinya mengidap HIV.
 
Angka ini dirasa melegakan oleh Sigit sebab jika diperkirakan hingga akhir tahun, kenaikannya juga tidak cukup signifikan. Angka tersebut membuktikan bahwa deteksi dini mulai akrab di masyarakat. Manfaat dari deteksi dini ini, yakni setidaknya para pengidap HIV sadar bahwa dirinya sudah positif HIV dan bisa mencegah penularan dan memproteksi diri untuk bisa memperpanjang usia.
"Ini bentuk positif. Karena sejatinya, jika sosialisasi dan deteksi dini semakin membaik dan akrab di masyarakat, angka per tahun mendatang akan datar dan statis. Jika angka tersebut statis, bisa disimpulkan bahwa negara perlu melakukan penekanan angka dan pengobatan secara tepat sasaran," ujar Sigit saat dihubungi Republika, Kamis (19/11). 

Sigit menambahkan, adanya kabar baik ini sinkron dengan menurunnya angka penderita AIDS. Kemenkes mencatat, pada 2014 penderita AIDS berjumlah 5.494 jiwa, sedangkan pada triwulan pertama 2015 pengidap AIDS tercatat berjumlah 1.238 jiwa. 

Jika perkiraan di akhir tahun jumlah itu masih meningkat dua kali lipat, angka tersebut masih jauh lebih baik dari tahun kemarin. Angka pengidap AIDS yang menurun ini merupakan salah satu dampak dari deteksi dini yang lebih diutamakan. Sehingga, ketika orang dengan HIV lebih dulu mengetahui, ia jadi lebih peduli terhadap tubuhnya dan bisa segera diberikan asupan ARV agar tak menjadi AIDS.




Data ini juga didukung oleh angka kematian yang juga semakin mengecil. Data Kemenkes menunjukkan angka kematian 0,21 persen. Angka ini menurun drastis dibandingkan 10 tahun lalu ketika pada 2005 angka kematian bahkan mencapai 13,6 persen. Untuk tahun 2014 sendiri angka kematian menunjukkan angka 1,22 persen dari keseluruhan penderita HIV/AIDS di Indonesia.

Untuk diketahui, infeksi HIV di Indonesia terdeteksi pada 1985, yang mana ada seorang  perempuan berusia 25 tahun dengan hemofilia dinyatakan terinfeksi HIV di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ). Namun, pemerintah menyatakan belum menemukan orang yang benar-benar terjangkit penyakit AIDS. 

Pada 1987, seorang wisatawan asal Belanda meninggal di RS Sanglah, Bali. Kematian pria berusia 44 tahun itu diakui pemerintah disebabkan AIDS. Indonesia masuk dalam daftar WHO sebagai negara ke-13 di Asia yang melaporkan kasus AIDS.

Kabar baik tak hanya dari angka statistik yang menunjukkan perubahan yang semakin tahun semakin signifikan, tapi juga banyaknya pihak yang mulai peduli terhadap ODHA. Ayu Oktariani selaku salah satu aktivis peduli orang dengan HIV/AIDS (ODHA), memisalkan, lima sampai sepuluh tahun silam para ODHA susah sekali mendapatkan pekerjaan sehingga memaksa mereka berada dalam keadaan semakin terpuruk.
 
Hari ini sudah banyak perusahaan yang membuka peluang besar bagi para ODHA. Tak hanya menjadikan bebas HIV/AIDS sebagai salah satu syarat untuk bisa bekerja, perusahaan-perusahaan bahkan mendeklarasikan dirinya sebagai perusahaan yang bangga dan percaya menempatkan ODHA sebagai manusia yang memiliki hak yang sama dengan orang tanpa HIV/AIDS.

Selain itu, Ayu sendiri mengungkapkan bahwa pelayanan rumah sakit tak lagi diskriminatif. Penemuan obat ARV kini bukan lagi kendala. Sekitar 500 lebih rumah sakit di setiap provinsi sudah menyediakan obat ARV secara gratis. Pelayanan pun tak lagi lamat-lamat tertutup karena masyarakat sendiri sedikit demi sedikit sudah mulai terbuka terkait pentingnya mendeteksi dini tubuhnya dari HIV AIDS. Penyuluhan serta layanan terpadu sudah bisa diakses oleh masyarakat.

"Ini menjadi kabar baik bagi kami. Karena, angka kematian bisa ditekan. Apalagi, kini para masyarakat berisiko, seperti para pekerja seks dan pecandu dengan jarum suntik sedikit demi sedikit sudah mau terbuka untuk memeriksakan kondisi tubuhnya. Akses untuk mendeteksi dini juga sudah cukup terbuka," ujar Ayu saat dihubungi Republika, Senin (16/11).

Ini juga yang menjadi salah satu program dari Kementerian Kesehatan selaku leading sector dalam penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Sigit mengatakan, pemberian obat ARV sendiri sudah bisa ditemukan bahkan pada layanan kesehatan tingkat pertama di kecamatan-kecamatan. Sigit mengatakan, di daerah yang memiliki banyak ODHA sudah diberikan layanan pemeriksaan antibodi dan pemberian ARV secara gratis.


Sigit mengatakan, pada tahun ini saja program tujuh juta pemeriksaan antibodi gratis menjadi salah satu program unggulan Direktorat Pencegahan Penyakit Menular Kemenkes di seluruh Indonesia. Program ini merupakan program terbuka agar masyarakat peduli terhadap tubuhnya, juga bagi para masyarakat berisiko bisa dengan leluasa dan tanpa ragu memeriksa tubuhnya.

Asisten Deputi Penguataan Kelembagaan Komisi AIDS Nasional Halik Sidik juga mengamini hal ini. Ia mengatakan, catatan Komnas AIDS menunjukkan bahwa mainstreaming isu HIV/AIDS sudah lebih baik dari dahulu kala. Ketika angka kematian sempat menjadi momok pada awal tahun 2000-an, kini angka kematian semakin tahun semakin menurun. Hal ini mengindikasikan adanya perubahan paradigma masyarakat terhadap isu HIV/AIDS sendiri.

Halik menuturkan, mekanisme penularan juga tak berubah, dari awal ditemukan hingga kini penularan terhadap HIV /AIDS hanya melalui tiga cara. Pertama, penggunaan jarum suntik tidak steril, hubungan seksual yang berisiko, dan penularan secara langsung dari ibu hamil ke anak. Halik sendiri menepis jika penularan berekspansi melalui cara-cara lain. Karena, kontak fisik tidak pernah menjadikan orang terkena HIV/ AIDS. 

Untuk masa inkubasinya pun tidak kemudian menjadi endemik yang parah. Hingga saat ini, Halik mengatakan, indikasi positif HIV/AIDS masih berada pada jangka waktu lima sampai sepuluh tahun. Dengan masifnya isu HIV/AIDS di kalangan masyarakat, penyebaran menjadi bisa ditekan. Orang yang tahu bahwa dirinya berisiko HIV/AIDS sesungguhnya bisa menjadi tameng utama untuk penyebaran.


2.5 Cara Penularan HIV & AIDS

Cara penularan :
1.      Lewat cairan darah:
Melalui transfusi darah / produk darah yg sudah tercemar HIV
Lewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian tanpa disterilkan, misalnya pemakaian jarum suntik dikalangan pengguna Narkotika Suntikan
Melalui pemakaian jarum suntik yang berulangkali dalam kegiatan lain, misalnya : peyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat facial wajah

2.      Lewat cairan sperma dan cairan vagina :
Melalui hubungan seks penetratif (penis masuk kedalam Vagina/Anus), tanpa menggunakan kondom, sehingga memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan cairan vagina (untuk hubungan seks lewat vagina) ; atau tercampurnya cairan sperma dengan darah, yang mungkin terjadi dalam hubungan seks lewat anus.

3.      Lewat Air Susu Ibu :
Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan melahirkan lewat vagina; kemudian menyusui bayinya dengan ASI.
Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi (Mother-to-Child Transmission) ini berkisar hingga 30%, artinya dari setiap 10 kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir dengan HIV positif.

Secara langsung (transfusi darah, produk darah atau transplantasi organ tubuh yang tercemar HIV) l Lewat alat-alat (jarum suntik, peralatan dokter, jarum tato, tindik, dll) yang telah tercemar HIV karena baru dipakai oleh orang yang terinfeksi HIV dan tidak disterilisasi terlebih dahulu.

Karena HIV – dalam jumlah yang cukup untuk menginfeksi orang lain- ditemukan dalam darah, air mani dan cairan vagina Odha. Melalui cairan-cairan tubuh yang lain, tidak pernah dilaporkan kasus penularan HIV (misalnya melalui: air mata, keringat, air liur/ludah, air kencing).

Melalui hubungan seksual dengan seseorang yang terinfeksi HIV tanpa memakai kondom l Melalui transfusi darah l Melalui alat-alat tajam yang telah tercemar HIV (jarum suntik, pisau cukur, tatto, dll) l Melalui ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada janin yang dikandungnya atau bayi yang disusuinya.

Dalam satu kali hubungan seks secara tidak aman dengan orang yang terinfeksi HIV dapat terjadi penularan. Walaupun secara statistik kemungkinan ini antara 0,1% hingga 1% (jauh dibawah risiko penularan HIV melalui transfusi darah) tetapi lebih dari 90% kasus penularan HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seks yang tidak aman.

karena kegiatan sehari-hari Odha tidak memungkinkan terjadinya pertukaran cairan tubuh yang menularkan HIV. Kita tidak tertular HIV selama kita mencegah kontak darah dengan Odha dan jika berhubungan seks, kita melakukannya secara aman dengan memakai kondom
Seorang Odha kelihatan biasa, seperti halnya orang lain karena tidak menunjukkan gejala klinis. Kondisi ini disebut “asimptomatik” yaitu tanpa gejala. Pada orang dewasa sesudah 5-10 tahun mulai tampak gejala-gejala AIDS.

Hubungan seksual secara anal (lewat dubur) paling berisiko menularkan HIV, karena epitel mukosa anus relatif tipis dan lebih mudah terluka dibandingkan epitel dinding vagina, sehingga HIV lebih mudah masuk ke aliran darah. Dalam berhubungan seks vaginal, perempuan lebih besar risikonya daripada pria karena selaput lendir vagina cukup rapuh.
Disamping itu karena cairan sperma akan menetap cukup lama di dalam vagina, kesempatan HIV masuk ke aliran darah menjadi lebih tinggi. HIV di cairan vagina atau darah tersebut, juga dapat masuk ke aliran darah melalui saluran kencing pasangannya.

AIDS tidak ditularkan  melalui :
1.                            1   Makan dan minum bersama, atau pemakaian alat makan minum bersama.
2.                            2   Pemakaian fasilitas umum bersama, seperti telepon umum, WC umum, dan kolam renang.
3.                            3  Ciuman, senggolan, pelukan dan kegiatan sehari-hari lainnya.
4.                            4   Lewat keringat, atau gigitan nyamuk.



2.6 Pencegahan HIV & AIDS
Tidak ada vaksin untuk mencegah HIV dan tidak ada obat untuk AIDS, tapi Anda bisa melindungi diri agar tidak terinfeksi. Satu-satunya cara untuk mencegah terinfeksi HIV adalah dengan menghindari kegiatan yang meningkatkan risiko tertular HIV. Pada dasarnya, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
Cara-cara yang paling umum untuk terinfeksi HIV adalah berhubungan seks tanpa kondom, berbagi jarum atau alat suntik lainnya. Jika Anda terinfeksi HIV, Anda bisa menularkannya dengan cara-cara tersebut. Jika kedua pasangan terinfeksi, tetap lakukan hubungan seks yang aman. Anda bisa tertular jenis virus HIV lain yang mungkin tidak bisa dikendalikan oleh obat-obatan yang Anda konsumsi.

               Melalui Hubungan Seks

                Risiko tertinggi infeksi HIV ditularkan melalui hubungan seks tanpa kondom melalui vagina              maupun anal. Risiko tertular melalui seks oral rendah, tapi bukan berarti nol. Seks oral bisa                  menularkan penyakit Infeksi Menular Seksual lain seperti sifilis. Mainan dan alat bantu seks                juga berisiko dalam menyebarkan HIV jika salah satu pengguna mainan dan alat bantu seks                ini positif terinfeksi HIV.


Cara terbaik untuk mencegah HIV dan penyakit infeksi menular seksual (IMS) lainnya adalah dengan memakai kondom untuk segala jenis penetrasi seks. Dan gunakan dental dam untuk melakukan seks oral. Dental dam adalah selembar kain berbahan lateks. Kain ini berfungsi sebagai penghalang antara mulut dan vagina atau anus. Hal ini bertujuan untuk menurunkan penyebaran IMS selama melakukan seks oral.

Pemakaian kondom

Jika Anda tidak tahu status infeksi HIV pasangan, maka selalu gunakan kondom baru tiap melakukan hubungan seks anal maupun seks vaginal. Kondom tersedia dalam berbagai bentuk, warna, tekstur, bahan, dan rasa yang berbeda. Kondom tersedia baik untuk pria maupun wanita.
Kondom adalah bentuk perlindungan paling efektif melawan HIV dan penyakit Infeksi Menular Seksual lainnya. Kondom bisa digunakan untuk hubungan seks apa pun. Sangat penting untuk memakai kondom sebelum kontak seksual apa pun yang muncul antara penis, vagina, mulut, atau anus. HIV bisa ditularkan sebelum terjadi ejakulasi. Ini terjadi ketika keluarnya cairan awal dari alat kelamin dan dari anus.
Gunakan kondom yang berbahan lateks atau poliuretan (latex and polyurethane) ketika melakukan hubungan seks. Gunakan kondom begitu Anda atau pasangan mengalami ereksi, bukan sebelum ejakulasi.

Pemakaian pelumas

Pelumas digunakan untuk menambah kenyamanan dan keamanan hubungan seks dengan tujuan menambah kelembapan pada vagina maupun anus selama seks. Pelumas akan mengurangi risiko terjadinya kulit luka (sobek) pada vagina atau anus. Pelumas juga mencegah agar kondom tidak sobek.

Hanya gunakan pelumas yang berbahan dasar air, bukan yang berbahan minyak. Pelumas yang berbahan minyak bisa melemahkan kekuatan kondom dan bahkan bisa merobek kondom.

              Melalui Jarum dan Suntikan

 

Jika Anda memakai jarum untuk menyuntikkan obat, pastikan jarumnya steril. Jangan berbagi jarum, suntikan, atau perlengkapan menyuntik lagi seperti spon dan kain. Berbagi jarum bisa meningkatkan risiko terinfeksi HIV dan virus lain yang ada di dalam darah, misalnya hepatitis C.


Jika Anda ingin membuat tato atau tindik, pastikan selalu memakai jarum yang steril dan bersih. Jangan melakukan aktivitas ini di tempat sembarangan. Pastikan Anda memeriksa soal jarum yang digunakan


 2.7 Diskriminasi Terhadap Kaum HIV & AIDS DI INDONESIA

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi DKI Jakarta Rohana Manggala mengatakan HIV/AIDS masih dianggap sebagai penyakit "nista". Karena itu banyak orang yang memiliki risiko tertular HIV/AIDS tapi enggan untuk memeriksakan diri. Bahkan tidak sedikit yang sudah tertular tapi tidak mau berobat. “Masih ada stigma dan diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)," kata Rohana dalam acara bincang-bincang terbuka yang digelar KPAP DKI Jakarta untuk menyambut Hari AIDS Sedunia di Taman Suropati, Minggu, 29 November 2015.

Rohana mengatakan masih banyak masyarakat yang berpikir HIV/AIDS disebabkan moral yang tidak baik. Karena itu, jangankan untuk berobat, untuk memeriksa diri saja mereka malu.

Menurut Rohana, diskriminasi dari lingkungan sekitar membuat seseorang menjadi takut dan malu untuk sekadar mengecek apakah tertular HIV/AIDS atau tidak. Apalagi lingkungan terdekat mereka tidak memberi dukungan karena adanya stigma pada penyakit ini.

“Kalau keluarga memberikan dukungan total untuk memeriksa atau berobat, tentunya orang yang rentan atau ODHA tersebut akan mau ke dokter dan penyebaran virus ini pun dapat ditekan,” kata Rohana.

Untuk ilustrasi, kata Rohana, di Brasil sudah minim diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS. Di sana orang sudah tidak lagi malu sehingga dapat mudah ditemui remaja sampai orang tua yang antre untuk memeriksakan diri dan berobat. 

Rohana berpesan kepada generasi muda dan orang yang rentan terkena HIV/AIDS agar tidak perlu takut dan malu untuk memeriksakan dirinya. Untuk pemeriksaan tersebut, kata Rohana, dapat dilakukan secara gratis di puskesmas. “Bilang aja saya mau VCT (voluntary counseling and testing,tes HIV secara sukarela). Saat ini DKI sudah memiliki 38 puskesmas yang siap dengan program ini,” ucap Rohana.

Rohana menambahkan, puskesmas akan menjamin kerahasiaan data pasien. Hasil tes akan diketahui 15 menit setelah tes dilakukan. Selain puskesmas, tes gratis juga biasanya diadakan KPA pada gelaran acaranya.

Dengan 472 kasus HIV/AIDS (282 HIV positif dan 190 AIDS), Jawa Timur berada pada peringkat tiga nasional. Angka ini tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya. Perlakuan buruk terhadap Odha (orang yang hidup dengan AIDS) menyulitkan penanggulangan epidemi HIV/AIDS. Melalui Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2003 -hari ini- masyarakat diajak agar tidak melakukan stigmatisasi (memberi cap buruk) dan diskriminasi (mengasingkan, mengucilkan, membeda-bedakan) terhadap orang-orang yang hidup dengan AIDS (Odha) karena akan memperburuk epidemi HIV/AIDS. Stigmatitasi dan diskriminasi pun merupakan perbuatan melawan hukum dan melanggar hak asasi manusia (HAM).

Selama ini di Surabaya sering dilakukan razia untuk menangkap pekerja seks. Yang tertangkap diambil darahnya untuk tes HIV tanpa melalui standar prosedur tes HIV yang baku (konseling sebelum dan sesudah tes, pernyataan kesediaan, asas anonimitas, dan konfidensialitas). Hal ini dilakukan seakan-akan sebagai cara menanggulangi epidemi HIV/AIDS karena pekerja seks yang terdeteksi HIV positif akan 'diawasi'.

Perlakuan itu membuat Odha mengalami stigmatisasi dan diskriminasi sehingga ada kemungkinan orang-orang yang terinfeksi HIV 'menyembunyikan' diri di masyarakat. Padahal, penanganan pasca tes HIV sangat penting untuk mendorong orang tersebut agar tidak berperilaku berisiko. Perilaku Berisiko Mengawasi pekerja seks yang terdeteksi HIV positif tidak banyak manfaatnya. Yang lebih 'berbahaya' justru laki-laki yang melakukan hubungan seksual tidak aman dengan pekerja seks. Mereka berisiko tinggi tertular HIV.

Jika ada laki-laki yang tertular HIV, dia akan menjadi mata rantai penyebaran HIV ke masyarakat. Dia akan menulari istrinya (horizontal). Jika istrinya tertular, ada pula risiko penularan dari-ibu-ke-bayi (vertikal), terutama pada saat persalinan dan menyusui dengan ASI. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan di Surabaya umumnya terdeteksi di kalangan pekerja seks. Jadi, ada risiko tertular HIV melalui hubungan seks yang tidak aman (tidak memakai kondom) dengan pekerja seks.

Celakanya, banyak orang yang tidak menyadari dirinya tertular HIV karena tidak ada keluhan yang khas. Tidak ada pula gejala-gejala klinis yang khas HIV/AIDS. Gejala baru muncul jika sudah mencapai masa AIDS (5-10 tahun). Tapi, perlu diingat bahwa biarpun belum mencapai masa AIDS, seseorang yang HIV positif sudah dapat menularkan HIV melalui cara-cara yang sangat spesifik. Sebagai virus, HIV hanya dapat menular melalui (1) hubungan seks yang tidak aman (tak memakai kondom) dengan pasangannya di dalam dan di luar nikah, (2) transfusi darah, (3) jarum suntik, dan (4) dari ibu yang HIV positif ke bayi yang dikandungnya pada saat persalinan dan menyusui dengan ASI.

Karena tidak ada gejala-gejala klinis yang terkait dengan HIV/AIDS, yang diperlukan ialah kesadaran setiap orang untuk menimbang-nimbang: Apakah dirinya berperilaku berisiko tinggi tertular HIV atau tidak. Jika jawabannya "ya", orang tersebut berisiko tertular HIV. Perilaku berisiko tinggi tertular HIV adalah (1) melakukan hubungan seks (sanggama) yang tidak aman (tidak memakai kondom) di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti, (2) melakukan hubungan seks (sanggama) yang tidak aman (tidak memakai kondom) di dalam dan di luar nikah dengan seseorang yang suka berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks, (3) menerima transfusi darah yang tidak diskrining, dan (4) memakai jarum suntik dan semprit secara bersama-sama dengan bergiliran dan bergantian. Materi KIE Setiap orang dapat melindungi diri sendiri dengan aktif agar tidak tertular HIV, yaitu dengan 
menghindari perilaku berisiko.

Tapi, hal itu tidak mudah karena selama ini informasi tentang HIV/AIDS tidak akurat. Materi KIE (komunikasi, informasi, edukasi) selalu dibalut dengan moral dan agama sehingga yang muncul hanya mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS. Misalnya, disebutkan HIV menular melalui zina, seks di luar nikah, 'seks bebas' (istilah ini rancu), seks menyimpang, pelacuran, dll. Padahal, tidak ada hubungan langsung antara penularan HIV dengan zina, seks di luar nikah, seks menyimpang, atau pelacuran. HIV menular melalui hubungan seksual yang tidak aman jika salah satu dari pasangan itu HIV positif di dalam dan di luar nikah. Informasi yang menyesatkan itulah kemudian yang membuat masyarakat tidak waspada.

Banyak yang merasa tidak akan tertular HIV karena mereka melakukan hubungan seks di luar lokalisasi. Ada pula yang merasa aman karena kencan dengan 'anak sekolah'. Kalau hubungan seksual yang tidak aman dilakukan dengan pasangan yang berganti-ganti, baik 'anak sekolah', 'orang baik-baik', dll, tetap berisiko tertular HIV. Soalnya, bisa saja di antara teman kencan tersebut ada yang HIV positif. Ketika epidemi HIV sudah menjadi ancaman yang nyata terhadap kesehatan masyarakat, langkah yang perlu ditempuh adalah menggencarkan penyuluhan dengan materi KIE yang akurat. Salah satu informasi yang perlu disampaikan kepada masyarakat adalah perilaku-perilaku berisiko tinggi tertular HIV.

Selain itu, ada anjuran agar orang-orang yang pernah berperilaku berisiko tinggi mau menjalani tes HIV sukarela sesuai standar prosedur operasi tes HIV yang baku. Dengan mengetahui status HIV lebih dini sebelum mencapai masa AIDS, orang tersebut dapat diajak kompromi agar tidak menulari orang lain. Selain itu, yang bersangkutan mendapat perawatan medis. Misalnya, pemberian obat antiretroviral (obat yang dapat menahan laju perkembangan HIV di dalam darah) sehingga kondisi kesehatan sampai ke masa AIDS tetap baik. (Syaiful W. Harahap, direktur Eksekutif LSM "InfoKespro" Jakarta yang bergerak dalam bidang selisik media/media watch berita HIV/AIDS)          .


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahwa kita harus waspada terhadap virus HIV/AIDS. Makalah di atas juga menjelaskan pengertian, sejarah, cara penularan , gejala-gejal dan pencegahannya. Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan mengenai makalah ini adalah:
1.      HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acguired Immuno–Deviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.
2.      Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.
3.      Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS yang ada hanyalah pencegahannya saja.

3.2 Saran

Menurut saya sebaiknya anda sebagai pembaca janganlah sampai terkena virus HIV yang menyebabkan penyakit AIDS, karena penyakit ini sungguh berbahaya. Sebaiknya jangan melakukan hubungan seks jika anda belum menikah dan jika mau melakukannya sebaiknya ada memakai pelindung seperti kondom.  Jangan juga sering-sering berganti pasangan karena itu meningkat resiko terkena HIV/AIDS.













Daftar Pustaka