Kamis, 12 November 2015

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR 2



PENGARUH YANG DI SEBABKAN OLEH GLOBALISASI TERHADAP PERKEMBANGAN GENERASI MUDA


                       
MAKALAH INI DIAJUKAN UNTUK TUGAS ILMU SOSIAL DASAR

Disusun Oleh :
BERKAH PUTRA PRASETIA
11315338
1TA03

PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR

Dosen :
EMILIANSHAH BANOWO, S.SOS.,MM 

Kampus D di Jl. Margonda Raya 100 - Depok













KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT  yang  Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Penulis panjatkan  puja dan  puji syukur atas kehadirat-Nya,  yang  telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan  inayah-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah tentang   PENGARUH YANG DI SEBABKAN OLEH GLOBALISASI TERHADAP PERKEMBANGAN GENERASI MUDA”.

 Makalah  ini telah Penulis  susun dengan maksimal dan  mendapatkan  bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan  makalah  ini. Untuk  itu Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun  tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan  terbuka Penulis menerima segala saran dan  kritik dari pembaca agar Penulis dapat memperbaiki makalah ini.
    
Akhir kata Penulis berharap semoga makalah  tentang PENGARUH YANG DI SEBABKAN OLEH GLOBALISASI TERHADAP PERKEMBANGAN GENERASI MUDAini dapat memberikan  manfaat maupun  inpirasi terhadap pembaca.
    





                                                                                  Depok, 1 November 2015
    
                                                                                          

                                                             Penyusun




           
DAFTAR ISI


·         KATA PENGANTAR ..............................................................................................  i
·         DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
·         BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………………..........  1
1.2 RUMUSAN MASALAH …………………………………………………….  2 
1.3 TUJUAN PENULISAN ……………………………………………………...  2

·         BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN GLOBALISASI ..………………………………………….. .   3
2.2 PENGARUH GLOBALISASI …………………………………..…………...   6
2.3 MENGANTISIPASI DAMPAK NEGATIF GLOBALISASI TERHADAPNILAI NASIONALISME ……………………………………………….………............... 7
2.4 GENERASI MUDA INDONESIA SAAT INI …...…………………………..   8
2.5 PERAN GURU, ORANG TUA DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN ANAK DI ERA GLOBALISASI …..................10

·         BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN ……………………………………………………………… 18
3.2 SARAN …………………………………………………………………….. .. 19

·         DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 20












BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa.






1.2 Rumusan Masalah
          Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah yaitu :
1.      Apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi pengaruh negative globalisasi terhadap nilai nasionalisme?
2.      Seberapa penting kah peran guru, orang tua, dan lingkungan masyarakat untuk mencegah anak – anak untuk tidak terpengaruh hal negative dari globalisasi?
1.3 Tujuan Penulisan
          Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1.      Melengkapi tugas mata kuliah  ilmu sosial dasar.
2.      Memberikan informasi yang penulis dapatkan untuk dibagikan kembali kepada orang – orang yang membutuhkan.
3.      Untuk mengetahui perkembangan generasi muda di jaman era globalisasi saat ini.



















BAB II
PEMBAHASAN
3.1  Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.
 Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir.
 Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
          Globalisasi berasal dari bahasa asing (Globalization) yaitu global artinya universal dan lization artinya proses. Jadi secara asal-usul kata globalisasi yaitu proses pelebaran elemen-elemen baru baik pemikiran, gaya hidup, informasi maupun teknologi dengan tanpa dibatasi batas negara. atau mendunia.
Globasisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses dimana batas-batas dalam suatu negara menjadi bertambah sempit karena adanya kemudahan dalam berinteraksi antar negara baik perdagangan, gaya hidup, informasi maupun dalam bentuk interaksi yang lain.
Globalisasi juga dapat diartikan sebagai suatu  proses dimana dalam kehidupan sehari-hari, informasi dan ide-ide menjadi tolak ukur standar di seluruh dunia. Proses tersebut diakibatkan oleh bertambah canggihnya teknologi informasi dan komunikasi serta transportasi dan kegiatan ekonomi yang sudah memasuki pasar dunia.
Dari latar belakang diatas ada beberapa ahli yang mencoba mengartikan globalisasi, berikut informasi tentang pengertian globalisasi menurut para ahli:

Pengertian Globalisasi Menurut Para Ahli
1. Pengertian Globalisasi menurut Selo Soemardjan
Globalisasi adalah sebuah suatu proses terbentuknya sistem komunikasi dan organisasi antar masyarakat yang ada diseluruh dunia. Adapun tujuan globalisasi untuk mengikuti kaidah-kaidah dan sistem tertentu seperti PBB dan OKI.
2. Pengertian Globalisasi menurut Achmad Suparman
Globalisasi adalah suatu proses untuk menjadikan benda atau perilaku sebagai penanda atau ciri-ciri dan setiap individu dalam dunia ini tanpa dibatasi oleh suatu wilayah.
3. Pengertian Globalisasi menurut Thomas L. Friedman
Globalisasi mempunyai dimensi teknologi dan ideologi. Dalam dimensi teknologi berupa teknologi informasi yang sudah menyatukan dunia, dan Dimensi Ideologi berupa pasar bebas dan kapitalisme.
4. Pengertian Globalisasi menurut Malcom Waters.
Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang memiliki akibat karena pembatasan geografisa pada kondisi sosial budaya sudah tidak atau kurang penting lagi dan tidak menjadi dalam kesadaran orang.
5. Pengertian globalisasi menurut Dr. Nayef R.F. Al-Rodhan
Globalisasi adalah suatu proses yang mencakup kasus, penyebab dan konsekuensi dari perpaduan transkultural dan transnasional pada kegiatan yang dilakukan oleh manusia dan kegiatan yang dilakukan oleh mesin.
6. Pengertian Globalisasi menurut Emanuel Ritcher
Globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan dalam menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan tertutup dalam saling kebergantungan dan adanya persatuan dunia.
7. Pengertian Globalisasi menurut Anthony Giddens
Globalisasi adalah intensifikasi hubungan masyarakat di seluruh dunia yang mengaitkan seluruh daerah sehingga kejadian lokal dapat terbentuk dari peristiwa yang terjadi bermil-mil jaraknya dan sebaliknya.
8. Pengertian Globalisasi menurut Martin Albrow
Globalisasi adalah seluruh proses dimana penduduk dunia akan terhubung dalam sebuah komunitas global dan dunia tunggal.
9. Pengertian Globalisasi menurut Princeton N. Lyman
Globalisasi adalah pertumbuhan yang cepat atas keterhubungan dan ketergantungan antara negara-negara yang ada di dunia dalam hal keuangan dan perdagangan.
10. Pengertian Globalisasi menurut Laurence E Rothenberg
Globalisasi adalah sebuah percepatan dan intensifikasi dalam interaksi dan perpaduan antara perusahaan, pemerintah dan orang-orang dari negara yang berbeda.
11. Pengertian globalisasi menurut Scholte
Globalisasi adalah suatu proses meningkatnya jalinan internasional. Dalam hal ini semua negara mempertahankan identitas kenegarannya, namun tetap bergantung pada antara satu dengan yang lainnya.

 2.2 Pengaruh Globalisasi
            Globalisasi sudah menjadi sebuah kenyataan dalam kehidupan sehari-hari yang tidak mungkin untuk dihindari karena proses berlangsung menyebar dan disegala sektor sudah terpengaruhi oleh arus globalisasi antara lain:

1. Pengaruh globalisasi dibidang ekonomi.
Adanya pasar bebas dimana segala produk yang ada di suatu negara akan dijual secara bebas ke negara lain tanpa adanya pajak sehingga banyak produk-produk asing yang akan masuk dalam negara kita.
2. Pengaruh globalisasi di bidang politik
Semakin besarnya pengaruh sistem demokrasi dalam masyarakat sehingga dapat berturut aktif dalam mengadakan kehidupan bersama, menghargai hak dan kewajibab, dan menghormati hak asasi manusia.
3. Pengaruh globalisasi di bidang budaya.
Semakin besarnya pengaruh kebudayaan asing yang sudah menyentuh dalam setiap lapisan masyarakat dan semua orang, seperti adanya perubahan pola perilaku dengan cara berpakaian dan berbahasa karena pengaruh musik dan film yang ada dinegara lain, semisal korea.
4. Pengaruh globalisasi di bidang sosial
Lahirnya sebuah kesadaran global dimana manusia selalu merasa menggantungkan diri dan saling membutuhkan.
5. Pengaruh globalisasi di bidang ekologi
Semakin meningkatnya kebutuhan pada manusia pada sumberdaya alam sehingga terus melakukan eksploitasi secara berlebihan.
           
 2.3 Mengantisipasi Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme
Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain yaitu :

1.      Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.
2.      Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.
3.      Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
4.      Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
5.      Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.
6.      Menumbuh kembangkan cara berpikir kritis. Karena hal tersebut menjadikan kita lebih selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa
Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa.

2.4 Generasi Muda Indonesia Saat Ini
Pada zaman dewasa ini, kita sebagai manusia telah banyak mengalami transisi menuju dunia modernisasi dan zaman yang terbuka terhadap perkembangan dan kemajuan dunia. Banyak hal yang memang harus kita perhatikan dari sudut yang berbeda untuk kemajuan sebuah Negara, termasuk generasi muda Indonesia pada saat ini.
Remaja ? remaja Indonesia pada saat ini sebagai generasi muda yang selanjutnya yang akan meneruskan cita-cita sebuah bangsa, untuk memimpin dan mengatur  sebuah Negara, haruslah memiliki kepribadian yang baik, kecerdasan yang di landasi dengan ilmu dan wawasan yang luas, memiliki jiwa yang semangat, pikiran terbuka dan tujuan yang baik, berbobot dan bermanfaat serta berguan untuk kemajuan bangsa dan Negara.
Sayangnya generasi muda Indonesia pada saat ini telah banyak terjerumus pada dunia modernisasi dan westernisasi sehingga melupakan adat ketimuran yang kita miliki yang di kenal oleh Negara lain sebagai Negara yang menjunjung tinggi moral dan adat kesopanan tapi fakta mengatakan lain. Generasi Indonesia saat ini mengalami krisis identitas dan korban dari gaya hidup hedonisme barat. Semakin banyak life style dari luar Negara Indonesia yang masuk semakin tidak terkandali generasi muda Indonesia saat ini.
Jika di lihat dari latar belakang, generasi- generasi muda saat ini yang korban dari budaya permisif yang tidak terikat dengan nilai dan norma bisa di pastikan di antaranya adalah kurangnya pendidikan agama dari keluarga, kurangnya perhatian, kepudulian, dan kasih sayang dari keluarga, lingkungan yang tidak mendukung, pola hidup yang terlalu bebas dan individualisme, teman sepergaulan yang menyukai kehidupan bebas, dan rapuhnya iman serta kepribadian.
Fakta yang di ambil dari beberapa sumber, sebagian generasi muda Indonesia pada saat ini sudah mengalami kerusakan akhlak, moral, dan nilai-nilai norma adat sopan ketimuran yang tidak di gunakan lagi oleh kita sendiri sebagai bangsa Indonesia, menyedihkan memang mengetahi generasi muda saat ini apabila kita lihat apa yang sudah di lakukan oleh sebagian generasi muda saat ini, sungguh miris?!!! dari penelitian ini menunjukan, kondisi remaja generasi muda Indonesia kita saat ini sungguh memprihatinkan.
Fakta :
12 agustus 2005, Harian Radar Yogyakarta, memberitakan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dari januari sampai juli terdapat 62% remaja yang dinikahkan ternyata hamil sebelum menika. Tepatnya, 74 calon pengantin perempuan yang akan menikah, 46 di antaranya dalam kondisi hamil.( sumber : majalah sabili No.14 Th. XV 24 januari 2008/15 muharram 1429)
Balai Pasar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Sosial (B2P3KS). Departemen Sosial Republik Indonesia ( Depsos RI) melakukan penelitian ilmiah. Penelitian yang bertajuk ? Kehamilan Tidak Dikhendaki Pada Remaja Tahun 2007 ? ini di lakukan di sebuah kota di Pulau Jawa. Kalangan remaja usia 10-24 thn ( sumber: majalah sabili No.14 Th XV 24 januari 2008/15 muharram 1429).
Kepala B2P3KS Dr. Yusnar Yusuf MA saat melaporkan hasil penelitian ini cukup mengejutkan. Pasalnya, data tentang kehamilan tidak di khendaki alias hamil di luar nikah dari tahun 2002-2005 angkanya meningkat signifikan. ( sumber : majalah sabili No. 14 Th XV 24 januari 2008/15 muharram 1429).
2002-2005. remaja yang mengalami kehamilan tidak di khendaki terbanyak adalah mahasiswi 59,22%.
Remaja yang tidak terdata status pendidikannya 21,15%.
Remaja yang berpendidikan SMU 17,70%
Secara keseluruhan, remaja hamil di luar nikah terbesar terjadi tahun 2002( 640 kasus). Kemudian tahun 2004 sebanyak (560 kasus) dan tahun 2005 (551 kasus).
( sumber: majalah sabili No. 14 Th. XV 24 januari 2008/15 muharram 1429)

Wahai generasi-generasi muda Indonesia?!!! marilah kita bersatu rapatkan barisan kita, perbaiki kembali kepribadian kita, akhlak kita, moral kita, dan lihatlah ke dalam diri kita sendiri dan renungkan kembali apa yang harus kita lakukan sebagai generasi muda Indonesia agar Negara kita Negara yang bersih, sehat, maju, kuat, dan cerdas dengan anak-anak dari generasi yang akan datang.
 Kita semua tahu, sebagi generasi muda Indonesia masa depan Indonesia bergantung pada generasi muda selanjutnya yang akan maju menggantikan generasi senior yang memang sudah waktunya menyerahkan kepemimpinan kepada generasi-generasi muda untuk mengurus dan membenahi Negara kita Indonesia menjadi Negara yang lebih baik, adil, jujur, dan bersih dari segala macam keburukan-keburukan yang kotor.
Apalagi yang kita harapkan selain generasi-generasi muda yang cerdas, semangat, baik, berwawasan luas, sehat jasmani dan rohani, moral yang baik dan menjunjung tinggi kesopanan. Negara yang baik bermula dari wanita dan generasi muda yang baik dan bermartabat. Maka, wahai ?wanita-wanita Indonesia?!!! marilah kita perbaiki apa yang selama ini kita lakukan adalah sebuah pelajaran bagi kita untuk melakukan sesuatu yang lebih baik, berguna, dan mempunyai harga diri sebagi wanita terhormat dari bangsa Indonesia.
Karena wanita Indonesia yang baik yang menjaga kehormatannya, akhlak, dan moral yang baik, terhormat harga dirinya akan melahirkan generasi-generasi yang baik pula untuk pondasi-pondasi sebuah Negara yang kuat, baik, tentram, dan menjadi Negara yang lebih maju dan bermartabat. Semangat Indonesia?!!! kita pasti melakukan yang terbaik untuk Negara yang kita cintai, Indonesia. Rapatkan langkah kaki kita, eratkan persatuan dan kesatuan bangsa, tegakkan bahu kita dan luruskan pandangan kita menuju masa depan yang lebih cerah.


2.5 Peran Guru, Orang Tua dan Lingkungan Mayarakat dalam Membentuk Kepribadian Anak di Era Globalisasi

Dalam proses globalisasi tidak terlepas dari suatu perubahan, yaitu perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Perkembangan zaman saat ini sangat mempengaruhi kehidupan si anak. Saat ini tidak jarang lagi bila kita melihat anak-anak yang sudah menggunakan teknologi-teknologi canggih sebagai sarana mereka baik dalam pendidikan maupun mengembangkan bakat mereka. Telah kita ketahui bersama bahwa globalisasi bisa berdampak positif dalam melakukan perubahan yang lebih baik, namun disisi lain mempunyai dampak negatif yang dapat menjadi boomerang bagi dunia pendidikan khususnya di Indonesia.

Hal itu semua akan tergantung bagaimana elemen-elemen yang sangat berpengaruh dalam pendidikan mampu bersikap responsive dalam menghadapi arus globalisasi yang tidak bisa kita hindari, artinya dalam menghadapi arus globalisasi ini kita tidak akan pernah menemukan suatu penyelesaian dengan cara menghindari dan berpura-pura tidak tahu apa-apa.

Begitu banyak anak-anak zaman sekarang seperti yang kita lihat saat ini sudah sangat membuat kita resah dan khawatir. Apalagi dengan melihat perkembangan zaman yang semakin membuat anak-anak mulai usia 5 tahun hingga remaja (masa pubertas) sangat meresahkan masyarakat Layaknya seperti anak ayam yang baru dilepas dari kandangnya.

Rasa ingin tahu yang besar membuat mereka ingin mencoba hal-hal baru hingga memudahkan hal-hal positif bahkan negative masuk dalam pikiran mereka. Bila tidak ada pengawasan atau bimbingan dari orang-orang terdekat, mungkin saja kehidupannya akan berdampak buruk di kemudian hari. Seperti yang di tulis dalam buku diktat mengenai Teori Tabularasa yang mengatakan bahwa jiwa manusia diumpamakan sebagai suatu kertas putih atau meja lilin yang masih bersih, belum ada tulisan apa-apa.

Kertas putih atau meja lilin itu siap untuk ditulisi, apa tulisan yang ada di dalam akan ditentukan oleh siapa penulisnya. Manusia dapat dididik menjadi apa saja (kea rah yang baik ataupun yang buruk) itu tergantung dari lingkungan atau pendidiknya.

Namun dengan perkembangan zaman dan fasilitas-fasilitas yang sangat mudah untuk mendapatkan informasi seharusnya memudahkan pendidik (oarngtua, guru dan lingkungan) untuk mengontrol kegiatan si anak di masa-masa perkembangannya. Tapi mengapa justru pendidik kewalahan dalam mengontrol anak-anak mereka.

Bahkan banyak anak-anak yang sudah pandai memanipulasi fasilitas yang ada untuk membohongi orangtuanya sendiri. Anak-anak yang sering berbuat onar, membuat kluarga kecewa bahkan meresahkan masyarakat tidak dapat sepenuhnya kita salahkan atas semua yang telah diperbuatnya. Karena ada berbagai elemen yang dapat mempengaruhi sikap anak. Baik itu keluarga (orangtua, guru atau pun lingkungan). Elemen-elemen ini lah yang sangat mempengaruhi perkembangan anak.

      Responsifitas dalam Menghadapi Globalisasi Pendidikan

Setelah mengkaji globalisasi pendidikan terutama problematika dan pengaruh atau dampak yang ditimbulkannya, dalam hal ini berkaitan tentang ranah pendidikan, kita tidak akan mungkin terlepas dari elemen-elemen yang sangat berpengaruh didalamnya dansangat mempengaruhi kepribadian anak atau siswa. Yaitu, , orang tua ( keluarga), guru (pendidik)  dan lingkungan masyarakat.

Telah kita ketahui bersama bahwa globalisasi bisa berdampak positif dalam melakukan perubahan yang lebih baik, namun disisi lain mempunyai dampak negatif yang dapat menjadi boomerang bagi dunia pendidikan khususnya di Indonesia.

Hal itu semua akan tergantung bagaimana elemen-elemen yang sangat berpengaruh dalam pendidikan mampu bersikap responsive dalam menghadapi arus globalisasi yang tidak bisa kita hindari, artinya dalam menghadapi arus globalisasi ini kita tidak akan pernah menemukan suatu penyelesaian dengan cara menghindari dan berpura-pura tidak tahu apa-apa.

Dalam teori nativisme yang sebagai suatu bentuk dari filsafat idealisme dan menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh hereditas, pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati. Saya setuju dengan teori ini dimana bahwa perkembangan anak ditentukan oleh hereditas yang merupakan pembawaan sejak lahir namun belum tentu sepenuhnya factor hereditaslah yang menentukan perkembangan anak.

Tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar. Apalagi di era globalisasi ini anak sangat mudah dipengaruhi terutama dengan teknologi-teknologi yang berkembang saat ini.

Nah, semua teknologi yang berkembang saat ini termasuk lingkungan pendidikan yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang. Teknologi yang berkembang saat ini merupakan pelengkap, pengganti dan tambahan terhadap pendidikan yang diberikan oleh elemen lainnya atau lingkungan lainnya seperti keluarga dan guru.

Dimana teknologi yang berkembang merupakan suatu lingkungan pendidikan yang harus diwaspadai karena akan menimbulkan faktor-faktor negatif bagi perkembangan anak.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh semua elemen diatas tadi dalam
mempengaruhi perkembangan anak di era globalisasi.

1.      Orangtua ( Keluarga )

Orang tua atau keluarga dianggap sebagai pendidikan pertama bagi anak sebelum mereka dikenalkan dengan dunia luar. Pengaruh keluarga juga sangat besar dalam pertumbuhan seorang anak, karena disamping mempunyai kedekatan secara emosional, mereka juga mempunyai tingkat kebersamaan yang lebih karena tinggal dalam satu atap atau satu rumah.

Tugas utama dari keluarga bagi pendidik anak adalah merupakan peletak dasar bagi pendidikan pengembangan anak, seperti pendidikan akhlak, tatakrama kehidupan, sopan santun, kejujuran, dan pembentukan sifat dan sikap yang baik lainnya.

Maka peran orang tua untuk mencari tau segala kegiatan yang dilakukan oleh anak-anaknya sangat penting, dimana jika keluarga sedikit mengbaikan itu maka akan berdampak pada kepribadian dan perilaku anak-anaknya yang tidak terkontrol.

Orang tua terkadang memberikan sepenuhnya kepada sekolah dalam mendidik dan mengembangkan potensi anak, padahal tidak sampai disitu saja karena kontrol dari sekolah terbatas hanya dalam jam pelajaran sekolah. Mencari tahu segala kegiatan anak tidak harus dengan mengikutinya setiap detik dan setiap waktu.

Namun bisa dilakukan dengan banyak hal dan cara, seperti dengan memberikan perhatian, menanyakan dengan siapa teman bermain, menanyakan keadaan anak kepada guru-guru nya di sekolah, dan lain sebagainya. Hal seperti ini sangat mudah dilakukan, namun terkadang orang tua sibuk dengan kegiatannya masing-masing bahan tidak mau tahu sehingga anak seringkali terabaikan.

Seperti yang ditulis dalam buku Diktat, bahwa ada beberapa pola tindakan yang diwujudkan dalam pergaulan keluarga yaitu pola otoriter, dimana orangtua mendidik anaknya dengan kekerasan, memaksakan kehendak, menuntut kepatuhan dari anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang diinginkannya.

 Cara ini akan mnyebabkan anak menjadi pasif atau bahkan melakukan perlawanan secara pasif atau pun perlawanan secara aktif.yang berikutnya adalah pola tindakan demokratis, yang ditandai dengan suasana keluarga yang saling menghormati, menyayangi, bertanggung jawab, memecahkan masalah-masalah yang ada secara baik-baik dan anak mendapat tempat yang wajar baik keinginannya maupun pendapatnya. Pola yang lain adalah pola masa bodoh, yaitu sikap orangtua yang terlalu memberikan kebebasan kepada anak tidak ada tata tertib dan disiplin dalam keluarga, orangtua kurang perhatian bahkan kurangnya kepedulian orangtua kepada anak-anaknya.

Maka dalam menghadapi era globalisasi saat ini, orangtua atau keluarga harus mewujudkan pola demokratis dalam pergaulan keluarga. Karena dengan terbentuknya pola demokratis dalam diri si anak maka saat ia berada di lingkungan lainnya, ia pun akan menanamkan pola demokratis yang dibawanya dari keluarganya.

 Sehingga si anak tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan di luar. Inovasi-inovasi baru yang di dapat si anak seiring dengan perkembangan zaman, akan sangat mudah dikontrol oleh orangtua atau keluarga. Karena si anak yang sudah tertanam pola demokratisnya akan selalu menyampaikan keluhan atau masalah-masalah yang di dapat si anak di lingkungan luar.

Sehingga terjalin hubungan komunikasi yang baik antara anak dengan orangtua. Namun dengan demikian orangtua pun tak boleh lepas dari informasi yang berkembang terutama perkembangan teknologi yang dapat mempengaruhi anak baik dalam mempengaruhi ilmu pengetahuan bahkan kemampuan/ keterampilan anak.

2.      Pendididk (Guru)

Guru sebagai pengajar dan pendidik, memang tidak hanya harus membina para murid segi kognitif dan psikomotoriknya demi peningkatan nilai angka. Akan tetapi, seorang guru sangat dituntut agar apa yang ia kerjakan dipraktekan oleh para muridnya dalam kehidupan.

Guru adalah orang yang bertanggung jawab atas peningkatan moral pelajar dan juga kemerosotannya. Untuk itu tugas guru tidak terbatas pada pengajaran mata pelajaran, tapi yang paling penting adalah pencetakan karakter murid. Tantangan persoalan ini memang sangat sulit bagi seorang guru karena keterbatasan kontrolling pada murid kerap membuatnya kecolongan.

 Maka dari itu, masalah guru merupakan topik yang tidak pernah habis dibahas dan selalu aktual seiring dengan perubahan zaman dan pengaruh globalisasi dalam pendidikan, karena permasalahan guru sendiri dan dunia pendiidkan yang menyangkutnya selalu diperbincangkan. Pada dasarnya persoalan etika dan moral anak bangsa, bukan hanya permasalahan guru namun jika yang dituju adalah moral peserta didik (siswa), maka tidak ada alasan untuk guru dilibatkan.
Di era globalisasi saat ini, dan dengan seakin maju nya cara berpikir anak yang dipengaruhi perkembangan zaman, maka guru dituntut untuk meningkatkan profesionalitasnya dalam mengajar dan mendidik. Guru bukan hanya bertugas mentransfer ilmu saja kepada siswa namun juga membimbing dan membina siswa dalam membentuk moral dan budipekerti yang baik.

Apalagi dengan perkembangan zaman, siswa sibuk sibuk menggeluti atau pun mencaritahu teknologi-teknologi canggih yang muncul karena rasa ingin tahu yang tinggi. Maka tak heran bila siswa lebih cepat tahu mengenai informasi-informasi actual yang sedang terjadi daripada gurunya sendiri. Untuk itu dalam peningkatan kualitas pengajaran, guru harus bisa mengembangun tiga intelegensi dasar siswa. Yaitu: intelektual, emosional, dan moral.

Tiga unsur itu harus ditanamkan pada diri murid sekuat-kuatnya agar terpatri dalam dirinya. Kemudian system pembelajaran yang kreatif dan inovatif juga menjadi penting bagi guru, sehingga dapat megembangkan seluruh potensi diri siswa, dan memunculkan keinginan bagi siswa untuk maju yang diikuti ketertarikan untuk menemukan hal-hal baru pada bidang yang diminati melalui belajr mandiri (self study) yang kuat.

 Dengan perkembangan bidang teknologi informasi semakin mendorong dalam kemajuan bidang ilmu pengetahuan, sehingga dunia pendidikan harus memiliki kemampuan untuk memanfaatkan semaksimal mungkin.


3.         Lingkungan Masyarakat

Lingkungan tempat tinggal akan berdampak besar pada perilaku dan kepribadian seseorang, karena seringkali pengaruh teman sebayanya dapat mengalahkan pengaruh guru maupun orang tua.

Gaya hidup lingkungan sekitar juga mampu merusak tatanan yang sudah diajarkan disekolah, yaitu yang berkaitan dengan moral seperti tingkah laku dan menghormati orang yang lebih tua seringkali diabaikan karena pengaruh kebiasaan orang-orang yang ada disekitar kita.

Untuk itu pemilihan lingkungan sangat penting dalam menghadapi arus globalisasi yang akan berdampak pada dunia pendidikan. Karena kewajiban kita adalah bagaimana berinteraksi dengan nya secara positif. Toh, realitas (globalisasi) ini tidak semuanya buruk, dan tidak pula semuanya baik. Karena itu kita harus menyikapinya lewat berbagai bentuk artikulasi yang kritis namun proporsional.

Pangkal dari arus globalisasi yaitu berada pada kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang mampu membawa kepada perubahan-perubahan dalam bidang pendidikan baik perubahan positif maupun perubahan negative.

Dalam konteks Global, UU nomor 17 tahun 2007 merumuskan misi agar Indonesia ikut berperan penting dalam pergaulan dunia Internasional. Misi ini tidak mungkin bisa dicapai tanpa adanya sensitifitas global yang dimiliki oleh Warga

Negara Indonesia. Karena itu melalui pendidikan lah yang mampu menumbuhkan sensitifitas atau kesadaran global ini. Bukan malah menjadikan arus globalisasi yang menggrogoti pendidikan di Indonesia.

Pembentukan karakter bangsa yang memiliki kepedulian terhadap dunia global menjadi cukup penting. Melalui karakter ini generasi muda diharapkan mampu mengikuti perkembangan dunia global secara kritis. Tidak semata-mata larut dalam berbagai perubahan dan perkembangan yang terjadi.

 Apalagi sampai ikut sebagai pelaku berbagai kejahatan Internasional. Sebaliknya yang diharapkan adalah generasi yang mampu memberikan solusi bagi masa depan dunia yang lebih adil dan damai.


Seorang pendidik/ guru memiliki tanggung jawab dan peran penting dalam menghadapi tantangan masyarakat global di era globalisasi ini. Guru sangat dituntut untuk tetap eksis dan meningkatkan profesionalitasnya sebagai pengajar dan pendidik yang menjadi penentu arah generasi penerus bangsa.
 Perlu adanya pendekatan-pendekatan yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam membangun hubungan dengan anak didik. Karena salah satu dari kewajiban seorang guru adalah membentuk moral anak agar menjadi pribadi yang
berintelektual dan berbudipekerti.

2.      Menerapkan Metode Pembelajaran Sesuai Perkembangan Zaman

Guru harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dalam menerapkan metode pembelajaran. Saat ini, para siswa tak terlepas dari sejumlah perangkat dan kemajuan teknologi. Penyesuaian penting agar guru bisa mengikuti pola pikir para siswanya.

Anak-anak atau siswa memiliki begitu banyak gambar di kepalanya. Mereka cenderung visual. Sehingga, tak cukup hanya belajar dengan membaca saja. Para siswa harus diperlihatkan gambaran nyatanya. "Sebagai guru, kita juga harus ?belajar? bahasa anak-anak. Mereka familiar sekali dengan Short Message Service (SMS), blogging, e-mail, dan yang sekarang sedang semarak di US adalah vlogging alias video blogging, yaitu merekam aktifitas sehari-hari dengan kamera video dan diunggah ke dalam blog pribadi. Kita harus ikut belajar bahasa-bahasa SMS dan lainnya, agar kita tidak ketinggalan dan dibodohi oleh murid-murid? papar Regina. Selain itu, menurutnya, para siswa ini juga sudah lebih kritis pemikirannya. Mereka pasti akan bertanya lebih mendalam jika guru tidak menjelaskan secara detil. Oleh karena itu, sebagai pengajar, seorang guru harus melakukan inter-disciplinary approach alias pendekatan lintas bidang.

Guru harus menemukan arti dan maksud mendalam dari mata pelajaran yang diajarkan, melakukan hal-hal yang menyenangkan bagi anak-anak. Jangan sampai mereka bosan dengan mata pelajaran tersebut.

 Para guru juga diingatkan untuk melakukan refleksi atas pola pengajaran yang telah diterapkan, menggali dan menggali apa yang bisa dilakukan untuk proses pengajaran selanjutnya. Guru juga harus mampu menciptakan kegembiraan di dalam kelas maupun sekolah. Dengan begitu, anak-anak akan semangat dan senang pergi ke sekolah.

Tidak bisa dipungkiri setiap guru atau siswa mengalami zaman yang berbeda. Ada sebuah ungkapan kecil yang isinya kurang lebih seperti ini. ?Didiklah anak-anakmu karena mereka diciptakan untuk menghadapi zaman yang berbeda dengan zamanmu .”

Sudah sepatutnya guru juga mampu mengikuti perkembangan teknologi yang terus berkembang. Jangan sampai ketika seorang siswa bertanya tentang suatu materi pelajaran yang dia dapatkan, misal dari internet, guru tidak mampu menjawabnya. Inilah tantangan guru di era digital. Metode pembelajaran yang digunakan juga disesuaikan dengan perkembangan zaman, tidak hanya perkembangan anak dan materi pelajaran.

Tantangan yang begitu berat di zaman canggih seperti sekarang dimana teknologi komunikasi yang tidak mengenal batas membuat para orang tua kebingungan bagaimana cara mengarahkan, menjaga para putra putrinya agar tidak terbawa arus yang akan menjerumuskan mereka.

Anak-anak yang korban teknologi sudah sering kita lihat di media massa baik media cetak maupun media elekronik, mulai dari korban akibat video porno, narkoba, penipuan lewat jejaring sosial dan sebagainya. Lantas siapa yang harus disalahkan ? Tidak ada yang dapat disalahkan sebab memang kemajuan teknologi tidak dapat dibendung oleh siapapun. Yang jelas tugas para orang tua yang masih mempunyai putra-putri yang saat ini beranjak dewasa cukup berat.

Terutama bagi para orang tua yang terlambat memberikan pendidikan spiritual dan budi pekerti tentu akan merasakan betapa sulitnya mengendalikan dan mengawasi mereka.
Hanya dengan pendidikan spiritual dan budi pekerti sejak dini (balita), maka kecenderungan mereka kelak beranjak dewasa akan lebih terpagari dan akan mampu membentengi dirinya dari pengaruh-pengaruh lingkungan apalagi dengan teknologi-teknologi canggih yang beredar saat ini, dan mereka memiliki filter untuk memilih dan memutuskan sesuatu termasuk memilih teman bergaul.

Pada saat ini mulai pendidikan Taman Kanak-kanak sudah ditanamkan budi pekerti, pengenalan Sang Maha Pencipta Alam Semesta dan lain-lain. Pelajaran-pelajaran tersebut akan tertanam pada otak kiri mereka hingga mereka dewasa.

Pendidikan budi pekerti tersebut sekaligus  akan menjadi dasar yang sangat menentukan untuk dapat menerima pelajaran budi pekerti yang lebih tinggi. Peran orang tua sangat menentukan dalam pembentukan ahlak para putra-putrinya. Oleh karena itu, orangtua bukan hanya memikirkan kebutuhan jasmani anaknya saja tetapi juga harus ada keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani si anak.

Maka dengan adanya proses globalisasi yang dimana semakin maju nya teknologi-teknologi canggih bukan berarti merupakan suatu hambatan bagi orangtua dan guru untuk membentuk kepribadian si anak yang diharapkan tidak hanya berintelektual namun juga bermoral dan berbudi pekerti tinggi.

 Membentuk kepribadian anak di era globalisasi bukan merupakan suatu hal yang sulit. Ada 3 elemen yang mempengaruhi kepribadian anak yaitu keluarga (orang tua), guru dan lingkungan. Hanya dengan pendidikan spiritual dan budi pekerti sejak dini (balita), maka kecenderungan mereka kelak beranjak dewasa akan lebih terpagari dan akan mampu membentengi dirinya dari pengaruh-pengaruh lingkungan yang kurang baik, dan mereka memiliki filter untuk memilih dan memutuskan sesuatu termasuk memilih teman bergaul.




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ø  Globalisasi telah menimbulkan dampak yang begitu besar dalam dimensi kehidupan manusia, karena globalisasi merupakan proses internasionalisasi seluruh tatanan masyarakan modern. Sehingga terjadi dampak yang beragam terutama pada aspek sosial dampak positif nya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi mempermudah manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Sedangkan dampak negatifnya, banyaknya nilai dan budaya masyarakat yang mengalami perubahan dengan cara meniru atau menerapkannya secara selektif,
Masa remaja adalah masa yang sangat rentan jadi Para remaja cenderung bergerak menjadi generasi buih yang terhempas dipantai menjadidzurriyatan dhi?afan,suatu generasi yang bergerak menjadi ?X-G? -- the loses generation -- yang tidak memiliki keberanian ikut serta didalam perlombaan dan percaturan gelombang era globalisasi. Penyimpanganperil aku menjadi ukuran atas kemunduran moral dan akhlak. Hilangnya kendali para remaja, berakibat ketahanan bangsa akan lenyap dengan lemahnya remaja.

Ø  Masih banyak generasi muda yang belum memaksimalkan dengan adanya hal – hal baru yang ada di era globalisasi saat ini malah kebanyakan yang mengambil atau mengarah ke hal – hal negative karena mereka itu salah arus, seharusnya di zaman era globalisasi saat ini para generasi muda harus berkembang menjadi lebih baik bukannya menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

3.2 Saran
Ø  Masa remaja sebagai periode perkembangan yang paling penting bagi individu pada kenyataannya merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan dan rentan munculnya masalah. Meskipun demikian adanya pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap remaja merupakan faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat masa ini merupakan masa yang paling menentukan. Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait agar perkembangan remaja di bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya dapat dilalui secara terarah, sehat dan bahagia.
Maka kita sebagai remaja harus bisa membedakan mana kegiatan positif dan negative agar kita bisa mendapat manfaat yang bisa menunjang masa depan. Jaman era globalisasi sekarang ini banyak sekali hal yang menarik, sesuatu yang masih baru, maka kita pun harus bisa memilih yang terbaik, jangan sampai terpengaruh hal negative. Apabila sudah ada yang terjerumus kedalam hal negative cepatlah sadar diri karena masih banyak kesempatan untuk merubah masa depan.

Ø  Untuk para orang tua seharusmya harus selalu mengawasi anak – anaknya dengan baik atau mendekatkan diri orang tua dengan anak tanpa batasan, orang tua harus bisa menjadi pendamping anak – anak agar anak – anak bisa bebas untuk keluh kesah dengan orang tua, karna sebenarnya setiap anak ingin dekat dengan dengan orang tuanya namun kebanyakan orang tua masih belum bisa memahami apa yang di inginkan anak tersebut jadi kebanyakan anak – anak yang lebih memilih dengan mengambil cara yang salah seperti ke hal – hal yang negative untuk melespakan rasa penat dalam hidupnya.

Daftar Pustaka